KEBERAGAMAN BUDAYA
A.
KEBUDAYAAN
1.
PENGERTIAN
KEBUDAYAAN
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta,
yaitu “buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari ‘buddhi” (budi atau akal).
Kebudayaan diartikan sebagai hal –hal yang berkaitan dengan budi dan akal.
Sedang dalam bahasa Inggris, kebudayaan dikenal dengan istilah culture yang
berasal dari bahasa Latin “colere”, yaitu mengolah , mengerjakan tanah ,
membalik tanah atau diartikan bertani.
Definisi kebudayaan menurut beberapa ahli:
- Ralph Linton
Kebudayaan adalah konfigurasi dan hasil dari tingkah laku yang dipelajari, yang unsur-unsur penentunya dimiliki bersama dan dilanjutkan oleh anggota masyarakat tertentu
- E.B Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang komplek, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan – kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat
- William H. Haviland
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh anggotanya melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat diterima oleh semua anggota masyarakat
-Koentjoroningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar
- Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi
Kebudayaan merupakan sarana hasil karya , rasa dan cipta masyarakat
Kebudaan bersifat superorganik yaitu sebagai sesuatu yang turun temurun dari generasi ke generasi atau sesuatu yang bisa diwariskan ( Herskovits). Sementara itu Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri (cultural determinisme)
Definisi kebudayaan menurut beberapa ahli:
- Ralph Linton
Kebudayaan adalah konfigurasi dan hasil dari tingkah laku yang dipelajari, yang unsur-unsur penentunya dimiliki bersama dan dilanjutkan oleh anggota masyarakat tertentu
- E.B Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang komplek, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan – kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat
- William H. Haviland
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh anggotanya melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat diterima oleh semua anggota masyarakat
-Koentjoroningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar
- Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi
Kebudayaan merupakan sarana hasil karya , rasa dan cipta masyarakat
Kebudaan bersifat superorganik yaitu sebagai sesuatu yang turun temurun dari generasi ke generasi atau sesuatu yang bisa diwariskan ( Herskovits). Sementara itu Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri (cultural determinisme)
2.
WUJUD KEBUDAYAAN
Apabila kita memperhatikan definisi
kebudayaan menurut Koentjoroningrat, perwujudan budaya adalah
a. sistem gagasan, budaya yang bersifat abstrak tapi menentukan sifat, cara berfikir serta tingkah laku masyarakat pendukung budaya tersebut.
b. sistem tindakan atau sistem sosial meliputi perilaku dan bahasa, wujud budaya ini bersifat konkrit
c. hasil karya manusia, yaitu wujud konkrit dapat dilihat, diraba dan difoto, misalnya pakaian, alat produksi dan alat transportasi
Wujud budaya tersebut sejalan dengan wujud budaya menurut Hoxley yaitu mentifact, sosiofact dan artefact
Klasifikasi unsur budaya dari yang terkecil adalah
1. items, unsur budaya yang paling kecil
2. trait, merupakan gabungan dari beberapa unsur terkecil
3. trait kompleks, gabungan dari beberapa item dan trait
4. cultural activity, atau aktivitas budaya merupakan gabungan dari beberapa komplek budaya
Gabungan dari beberapa aktivitas budaya menghasilkan unsur-unsur budaya yang menyeluruh atau cultural universal.
a. sistem gagasan, budaya yang bersifat abstrak tapi menentukan sifat, cara berfikir serta tingkah laku masyarakat pendukung budaya tersebut.
b. sistem tindakan atau sistem sosial meliputi perilaku dan bahasa, wujud budaya ini bersifat konkrit
c. hasil karya manusia, yaitu wujud konkrit dapat dilihat, diraba dan difoto, misalnya pakaian, alat produksi dan alat transportasi
Wujud budaya tersebut sejalan dengan wujud budaya menurut Hoxley yaitu mentifact, sosiofact dan artefact
Klasifikasi unsur budaya dari yang terkecil adalah
1. items, unsur budaya yang paling kecil
2. trait, merupakan gabungan dari beberapa unsur terkecil
3. trait kompleks, gabungan dari beberapa item dan trait
4. cultural activity, atau aktivitas budaya merupakan gabungan dari beberapa komplek budaya
Gabungan dari beberapa aktivitas budaya menghasilkan unsur-unsur budaya yang menyeluruh atau cultural universal.
3.
KARAKTERISTIK
BUDAYA
Budaya memiliki sifat universal, artinya
terdapat sifat-sifat umum yang melekat pada setiap budaya, kapan pun dan
dimanapun budaya itu berada. Adapun sifat itu adalah
a. kebudayaan adalah milik bersama
b. kebudayaan merupakan hasil belajar
c. kebudayaan didasarkan pada lambang
d. kebudayaan terintegrasi
e. kebudayaan dapat disesuaikan
f. kebudayaan selalu berubah
g. kebudayaan bersifat nisbi (relatif)
Dalam kebudayaan juga terdapat pola-pola perilaku (pattern of behavior) yang merupakan cara-cara masyarakat bertindak atau berkelakuan yang harus diikuti oleh semua anggota masyarakat tersebut.
Adapun subtansi atau isi utama budaya adalah:
a. sistem pengetahuan, berisi pengetahuan tentang alam sekitar, flora dan fauna sekitar tempat tinggal, zat-zat bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungannya, tubuh manusia, sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia serta ruang dan waktu.
b. sistem nilai budaya, adalah sesuatu yang dianggap bernilai dalam hidup
c. kepercayaan, inti kepercayaan itu adalah usaha untuk tetap memelihara hubungan dengan mereka yang sudah meninggal
d. persepsi, yaitu cara pandang dari individu atau kelompok masyarakat tentang suatu permasalahan
e. pandangan hidup, yaitu nilai-nilai yang dipilih secara selektif oleh masyarakat. Pandangan hidup dapat berasal dari norma agama (dogma), ideologi negara atau renungan atau falsafah hidup individu
f. etos budaya, yaitu watak khas dari suatu budaya yang tampak dari luar
a. kebudayaan adalah milik bersama
b. kebudayaan merupakan hasil belajar
c. kebudayaan didasarkan pada lambang
d. kebudayaan terintegrasi
e. kebudayaan dapat disesuaikan
f. kebudayaan selalu berubah
g. kebudayaan bersifat nisbi (relatif)
Dalam kebudayaan juga terdapat pola-pola perilaku (pattern of behavior) yang merupakan cara-cara masyarakat bertindak atau berkelakuan yang harus diikuti oleh semua anggota masyarakat tersebut.
Adapun subtansi atau isi utama budaya adalah:
a. sistem pengetahuan, berisi pengetahuan tentang alam sekitar, flora dan fauna sekitar tempat tinggal, zat-zat bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungannya, tubuh manusia, sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia serta ruang dan waktu.
b. sistem nilai budaya, adalah sesuatu yang dianggap bernilai dalam hidup
c. kepercayaan, inti kepercayaan itu adalah usaha untuk tetap memelihara hubungan dengan mereka yang sudah meninggal
d. persepsi, yaitu cara pandang dari individu atau kelompok masyarakat tentang suatu permasalahan
e. pandangan hidup, yaitu nilai-nilai yang dipilih secara selektif oleh masyarakat. Pandangan hidup dapat berasal dari norma agama (dogma), ideologi negara atau renungan atau falsafah hidup individu
f. etos budaya, yaitu watak khas dari suatu budaya yang tampak dari luar
4.
BUDAYA
LOKAL
Budaya lokal merupakan adat istiadat,
kebudayaan yang sudah berkembang (maju) atau sesuatu yang menjadi kebiasaan
yang sukar diubah yang terdapat disuatu daerah tertentu. Budaya lokal umumnya
bersifat tradisional yang masih dipertahankan. Menurut Fischer, kebudayaan –
kebudayaan yang ada di suatu wilayah berkembang disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain lingkungan geografis, induk bangsa dan kontak antarbangsa. Dari
pendapat tersebut dapatlah kita kaitkan dengan kebudayaan daerah yang ada di
Indonesia yang memiliki ciri-ciri khusus antarwilayah sehingga beraneka ragam.
Van Volenholen membagi masyarakat Indonesia ke dalam 19 lingkungan hukum adat
yang oleh Koentjoroningrat disebut culture area. Setiap suku memilih
mempertahankan pola-pola hidup yang sudah lama disesuaikan dengan penduduk
sekitar mereka. Lingkungan geografis yang berbeda ada yang di gunung maupun
dataran rendah dan tepi pantai, faktor ilkim dan adanya hubungan dengan suku
luar menyebabkan perkembangan kebudayaan yang beraneka macam.
Contoh budaya lokal yang bersifat abstrak misalnya Kepercayaan Kaharingan (Dayak), Surogalogi (Makasar), Adat Pikukuh (Badui). Budaya lokal yang bersifat perilaku misalnya tari Tor-tor, tarian Pakarena, upacara Kasadha (Masyarakat Tengger), upacara ruwatan dengan menggelar wayang kulit berlakon “Murwokolo” (Masyarakat Jawa), orang Badui dalam berpakaian putih dan Badui luar berpakaian biru, Bahasa Batak dan lain-lain . Budaya lokal yang bersifat artefak misalnya rumah Gadang (Sumatera Barat), tiang mbis ( Suku Asmat), alat musik gamelan (Jawa)
Contoh budaya lokal yang bersifat abstrak misalnya Kepercayaan Kaharingan (Dayak), Surogalogi (Makasar), Adat Pikukuh (Badui). Budaya lokal yang bersifat perilaku misalnya tari Tor-tor, tarian Pakarena, upacara Kasadha (Masyarakat Tengger), upacara ruwatan dengan menggelar wayang kulit berlakon “Murwokolo” (Masyarakat Jawa), orang Badui dalam berpakaian putih dan Badui luar berpakaian biru, Bahasa Batak dan lain-lain . Budaya lokal yang bersifat artefak misalnya rumah Gadang (Sumatera Barat), tiang mbis ( Suku Asmat), alat musik gamelan (Jawa)
B.
POTENSI KEBERAGAMAN BUDAYA
1.
POTENSI
KEBERAGAMAN BUDAYA
Walaupun
Indonesia menurut Van Volenholen terdiri dari 19 hukum adat, tetapi pada
dasarnya Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang bermukim di wilayah
yang tersebar dalam ratusan pulau yang ada di Inonesia. Tiap suku bangsa ini
memiliki ciri fisik, bahasa, kesenian, adat istiadat yang berbeda. Dengan
demikian dapat dikatakan bangsa Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya.
Beberapa aspek keberagaman budaya Indonesia antara lain suku, bahasa, agama dan
kepercayaan, serta kesenian. Kekayaan budaya ini merupakan daya tarik
tersendiri dan potensi yang besar untuk pariwisata serta bahan kajian bagi
banyak ilmuwan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan. Hal yang utama dari
kekayaan budaya yang kita miliki adalah adanya kesadaran akan adanya bangga
akan kebudayaan yang kita miliki serta bagaimana dapat memperkuat budaya
nasional sehingga “kesatuan kesadaran “ atau nation bahwa kebudayaan yang
berkembang adalah budaya yang berkembang dalam sebuah NKRI sehingga memperkuat
integrasi.
Disatu sisi bangsa Indonesia juga mempunyai permasalahan berkaitan dengan keberagaman budaya yaitu adanya konflik yang berlatar belakang perbedaan suku dan agama. Banyak pakar menilai akar masalah konflik ialah kemajemukan masyarakat, atau adanya dominasi budaya masyarakat yang memilki potensi tinggi dalam kehidupan serta adanya ikatan primordialisme baik secara vertikal dan horisontal. Disamping itu kesenjangan antara dua kelompok masyarakat dalam bidang ekonomi, kesempatan memperoleh pendidikan atau mata pencaharian yang mengakibatkan kecemburuan sosial, terlebih adanya perbedaan dalam mengakses fasilitas pemerintah juga berbeda (pelayanan kesehatan, pembuatan KTP, SIM atau sertifikat serta hukum). Semua perbedaan tersebut menimbulkan prasangka atau kontravensi hingga dapat berakhir dengan konflik.
Disatu sisi bangsa Indonesia juga mempunyai permasalahan berkaitan dengan keberagaman budaya yaitu adanya konflik yang berlatar belakang perbedaan suku dan agama. Banyak pakar menilai akar masalah konflik ialah kemajemukan masyarakat, atau adanya dominasi budaya masyarakat yang memilki potensi tinggi dalam kehidupan serta adanya ikatan primordialisme baik secara vertikal dan horisontal. Disamping itu kesenjangan antara dua kelompok masyarakat dalam bidang ekonomi, kesempatan memperoleh pendidikan atau mata pencaharian yang mengakibatkan kecemburuan sosial, terlebih adanya perbedaan dalam mengakses fasilitas pemerintah juga berbeda (pelayanan kesehatan, pembuatan KTP, SIM atau sertifikat serta hukum). Semua perbedaan tersebut menimbulkan prasangka atau kontravensi hingga dapat berakhir dengan konflik.
2.
KARAKTERISTIK
BUDAYA NASIONAL
Ki
Hajar Dewantara mengemukakan kebudayaan nasional Indonesia adalah puncak-puncak
kebudayaan daerah, menurut Koentjoroningrat kebudayaan nasional Indonesia
adalah kebudayaan yang didukung sebagian besar rakyat Indonesia, bersifat khas
dan dapat dibanggakan oleh warga Indonesia. Wujud budaya nasional
a. Bahasa, yaitu bahasa Indonesia. Sebagai bahasa nasional berfungsi sebagai lambang kebangga nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa dan alat penghubung antardaerah dan antar budaya
b. Seni berpakaian, contohnya adalah pakaian batik yang menjadi simbol orang Indonesia dan non – Indonesia, serta pakaian kebaya
c. Perilaku, misalnya gotong royong (walaupun tiap daerah mempunyai nama yang berbeda, sambatan, gugur gunung,). Selain gotong royong juga ada musyawarah, misalnya , sistem aipem pada masyarakat Asmat, atau adanya balai desa tempat musyawarah tiap desa,atau honai, rumah laki-laki suku Dani serta subak pada masyarakat Bali. Contoh yang lain adalah ramah tamah dan toleransi. Menurut Dr Bedjo dalam tulisannya memaknai kembali Bhineka Tunggal Ika dituliskan konsep Bhineka Tunggal Ika berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 1951, juga merujuk pada sumber asalnya yaitu Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Empu Tantular pada abad XIV. Semboyan tersebut merupakan seloka yang menekankan pentingnya kerukunan antar umat yang berbeda pada waktu itu yaitu Syiwa dan Budha. Yang terpenting disini adanya wacana baru yang dikemukakan penulis tentang semboyan bangsa. Bhineka Tunggal Ika juga ditafsirkan sebagai “Ben Ika Tunggale Ika “ (baca: ben iko tunggale iko, Bahasa Jawa – red). Kata ‘ben” artinya biarpun, kata ‘ika’ dibaca iko yang artinya ‘itu atau ini’ dengan menunjuk seseorang atau sekelompok orang didekatnya atau di luar kelompoknya. Kata ‘tunggale’ artinya ‘sadulur’ atau ‘saudara’. Jadi kalimat diatas dapat dimaknai menjadi: Biarpun yang ini/itu saudaranya yang ini/itu dan lebih jauh lagi, makna dari Bhineka Tunggal Ika adalah paseduluran atau persaudaraan. Dengan persaudaraan sebagai sebuah keluarga besar yang dilahirkan oleh Ibu Pertiwi yang bermakna Indonesia. Jadi memang kerukunan dan toleransi merupakan akar budaya nasional
d. Peralatan, banyak sekali peralatan, materi atau artefak yang menjadi kebanggaan nasional misalnya Candi Borobudur dan Prambanan, Monas
a. Bahasa, yaitu bahasa Indonesia. Sebagai bahasa nasional berfungsi sebagai lambang kebangga nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa dan alat penghubung antardaerah dan antar budaya
b. Seni berpakaian, contohnya adalah pakaian batik yang menjadi simbol orang Indonesia dan non – Indonesia, serta pakaian kebaya
c. Perilaku, misalnya gotong royong (walaupun tiap daerah mempunyai nama yang berbeda, sambatan, gugur gunung,). Selain gotong royong juga ada musyawarah, misalnya , sistem aipem pada masyarakat Asmat, atau adanya balai desa tempat musyawarah tiap desa,atau honai, rumah laki-laki suku Dani serta subak pada masyarakat Bali. Contoh yang lain adalah ramah tamah dan toleransi. Menurut Dr Bedjo dalam tulisannya memaknai kembali Bhineka Tunggal Ika dituliskan konsep Bhineka Tunggal Ika berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 1951, juga merujuk pada sumber asalnya yaitu Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Empu Tantular pada abad XIV. Semboyan tersebut merupakan seloka yang menekankan pentingnya kerukunan antar umat yang berbeda pada waktu itu yaitu Syiwa dan Budha. Yang terpenting disini adanya wacana baru yang dikemukakan penulis tentang semboyan bangsa. Bhineka Tunggal Ika juga ditafsirkan sebagai “Ben Ika Tunggale Ika “ (baca: ben iko tunggale iko, Bahasa Jawa – red). Kata ‘ben” artinya biarpun, kata ‘ika’ dibaca iko yang artinya ‘itu atau ini’ dengan menunjuk seseorang atau sekelompok orang didekatnya atau di luar kelompoknya. Kata ‘tunggale’ artinya ‘sadulur’ atau ‘saudara’. Jadi kalimat diatas dapat dimaknai menjadi: Biarpun yang ini/itu saudaranya yang ini/itu dan lebih jauh lagi, makna dari Bhineka Tunggal Ika adalah paseduluran atau persaudaraan. Dengan persaudaraan sebagai sebuah keluarga besar yang dilahirkan oleh Ibu Pertiwi yang bermakna Indonesia. Jadi memang kerukunan dan toleransi merupakan akar budaya nasional
d. Peralatan, banyak sekali peralatan, materi atau artefak yang menjadi kebanggaan nasional misalnya Candi Borobudur dan Prambanan, Monas
3.
HUBUNGAN
BUDAYA LOKAL DAN BUDAYA NASIONAL
Budaya
lokal yang bernilai positif, bersifat luhur dapat mendukung budaya nasional.
Dalam pembangunan kebudayaan bangsa, nilai-nilai budaya positif baik budaya
daerah perlu dipertahankan dan dikembangkan karena justru menjadi akar atau
sumber budaya nasional. Mengingat budaya bangsa merupakan “hasil budidaya
rakyat Indonesia seluruhnya” maka cepat lambat pertumbuhannya tergantung
kearifan peran serta seluruh masyarakatnya. Bagaimana peran keluarga, sekolah
dan pemerintah menanamkan budaya daerah pada generasi berikutnya dan kearifan
generasi muda dalam melestarikan budaya daerah.
C.
SIKAP
TOLERANSI DAN EMPATI
1.
MASYARAKAT MAJEMUK
Masyarakat
majemuk sering diidentikan oleh orang awan sebagai masyarakat multikultural.
Uraian dari Supardi Suparlan dapat menjelaskan perbedaan tersebut. Masyarakat
majemuk terbentuk dari dipersatukannya masyarakat-masyarakat suku bangsa oleh
sistem nasional yang biasa dilakukan secara paksa (coercy by force) menjadi
sebuah bangsa dalam wadah nasional. Setelah PD II contoh masyarakat majemuk
antara lain, Indonesia, Malaysia, Afrika Selatan dan Suriname. Ciri yang mencolok
dan kritikal majemuk adalah hubungan antara sistem nasional atau pemerintahan
nasional dengan masyarakat suku bangsa dan hubungan di antara masyarakat suku
bangsa yang dipersatukan oleh sistem nasional.
Menurut Pierre L. Van den Berghe mengemukakan karakteristik masyarakat majemuk:
(1) terjadi segmentasi ke dalam bentuk-bentuk kelompok subkebudayaan yang berbeda satu dengan yang lain
(2) memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer
(3) kurang mengembangkan konsensus diantara para anggota-anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar
(4) secara relatif seringkali mengalami konflik di antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain
(5) secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketergantungan dalam bidang ekonomi
(6) adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok lain
Disini Supardi Suparlan melihat adanya dua kelompok dalam perspektif dominan-minoritas, tetapi sulit memahami mengapa golongan minoritas didiskriminasi, karena besar populasinya belum tentu besar kekuatannya. Konsep diskriminasi sebenarnya hanya digunakan untuk mengacu pada tindakan-tindakan perlakuan yang berbeda dan merugikan terhadap mereka yang berbeda secara askripsi oleh golongan yang dominan. Yang termasuk golongan askripsi adalah suku bangsa (termasuk ras, kebudayaan sukubangsa, dan keyakinan beragama), gender , dan umur.
Dalam menganalisis hubungan antar suku bangsa dan golongan menurut Koentjoroningrat:
(1) sumber-sumber konflik
(2) potensi untuk toleransi
(3) sikap dan pandangan dari suku bangsa atau golongan terhadap sesama suku bangsa
(4) hubungan pergaulan antar suku – bangsa atau golongan tadi berlangsung
Adapun sumber konflik antar suku bangsa dalam negara berkembang seperti Indonesia, paling sedikit ada lima macam yakni
(1) jika dua suku bangsa masing-masing bersaing dalam hal mendapatkan lapangan mata pencaharian hidup yang sama
(2) jika warga suatu suku bangsa mencoba memasukkan unsur-unsur dari kebudayaan kepada warga dari suatu suku bangsa lain
(3) jika warga satu suku bangsa mencoba memaksakan konsep-konsep agamanya terhadap warga dari suku bangsa lain yang berbeda agama
(4) jika warga satu suku bangsa berusaha mendominasi suatu suku bangsa secara politis
(5) potensi konflik terpendam dalam hubungan antar suku bangsa yang telah bermusuhan secara adat
Menurut Pierre L. Van den Berghe mengemukakan karakteristik masyarakat majemuk:
(1) terjadi segmentasi ke dalam bentuk-bentuk kelompok subkebudayaan yang berbeda satu dengan yang lain
(2) memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer
(3) kurang mengembangkan konsensus diantara para anggota-anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar
(4) secara relatif seringkali mengalami konflik di antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain
(5) secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketergantungan dalam bidang ekonomi
(6) adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok lain
Disini Supardi Suparlan melihat adanya dua kelompok dalam perspektif dominan-minoritas, tetapi sulit memahami mengapa golongan minoritas didiskriminasi, karena besar populasinya belum tentu besar kekuatannya. Konsep diskriminasi sebenarnya hanya digunakan untuk mengacu pada tindakan-tindakan perlakuan yang berbeda dan merugikan terhadap mereka yang berbeda secara askripsi oleh golongan yang dominan. Yang termasuk golongan askripsi adalah suku bangsa (termasuk ras, kebudayaan sukubangsa, dan keyakinan beragama), gender , dan umur.
Dalam menganalisis hubungan antar suku bangsa dan golongan menurut Koentjoroningrat:
(1) sumber-sumber konflik
(2) potensi untuk toleransi
(3) sikap dan pandangan dari suku bangsa atau golongan terhadap sesama suku bangsa
(4) hubungan pergaulan antar suku – bangsa atau golongan tadi berlangsung
Adapun sumber konflik antar suku bangsa dalam negara berkembang seperti Indonesia, paling sedikit ada lima macam yakni
(1) jika dua suku bangsa masing-masing bersaing dalam hal mendapatkan lapangan mata pencaharian hidup yang sama
(2) jika warga suatu suku bangsa mencoba memasukkan unsur-unsur dari kebudayaan kepada warga dari suatu suku bangsa lain
(3) jika warga satu suku bangsa mencoba memaksakan konsep-konsep agamanya terhadap warga dari suku bangsa lain yang berbeda agama
(4) jika warga satu suku bangsa berusaha mendominasi suatu suku bangsa secara politis
(5) potensi konflik terpendam dalam hubungan antar suku bangsa yang telah bermusuhan secara adat
2.
MASYARAKAT
MULTIKULTURAL
Multikulturalisme
adalah sebuah ideologi yang menekankan pengakuan dan penghargaan pada
kesederajatan perbedaan kebudayaan. Tercakup dalam pengertian kebudayaan adalah
para pendukung kebudayaan, baik secara individu maupun secara kelompok dan
terutama ditujukan terhadap golongan sosial askripsi yaitu suku bangsa (dan
ras) , gender dan umur. Ideologi multikulturalisme ini secara bergandengan
tangan saling mendukung dengan proses demokratisasi, yang pada dasarnya adalah
kesederajatan pelaku secara individual (HAM) dalam berhadapan dengan kekuasaan
dan komuniti atau masyarakat setempat.
Jadi tidak ada kebudayaan yang lebih tinggi demikian pula sebaliknya.
Jadi tidak ada kebudayaan yang lebih tinggi demikian pula sebaliknya.
3.
MEMBANGUN
SIKAP KRITIS, TOLERANSI DAN EMPATI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Dalam mengatasi
masyarakat majemuk , Parsudi Suparlan menawari sebuah menyebaran konsep
multikulturalisme melalui LSM, dan pendidikan dari SD hingga PT. Alternatif
penyelesaian masalah akibat keanekaragaman budaya adalah dengan melakukan
strategi kebudayaan dimana memungkinkan tumbuh kembangnya keberagaman budaya
yang menuju integrasi bangsa dengan tetap memperhatikan kesederajatan
budaya-budaya yang berkembang. Untuk itu komunikasi antar budaya perlu dibangun
disertai dengan sikap kritis, toleransi dan empati.
Keragaman budaya atau “cultural diversity”
adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia
adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks
pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat
Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan
yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada
didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal
tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan
kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan,
pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan
dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di
Indonesia yang berbeda. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga
mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga
menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga
berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung
perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan agama
tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan
tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak
saja keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya
dalam konteks peradaban, tradsional hingga ke modern, dan kewilayahan.
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia
dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya.
Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Dan tak
kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia
mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai
sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar
kelompok sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada
di dunia. Labuhnya kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan
misalnya telah membuka diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional
pada saat itu. Hubungan antar pedagang gujarat dan pesisir jawa juga memberikan
arti yang penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di
Indonesia. Singgungan-singgungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun
daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan perbedaan. Disisi yang
lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal
ditengah-tengah singgungan antar peradaban itu.
D.
MENJAGA
KEANEKARAGAMAN BUDAYA
Dalam
konteks masa kini, kekayaan kebudayaan akan banyak berkaitan dengan
produk-produk kebudayaan yang berkaitan 3 wujud kebudayaan yaitu pengetahuan
budaya, perilaku budaya atau praktek-praktek budaya yang masih berlaku, dan
produk fisik kebudayaan yang berwujud artefak atau banguna. Beberapa hal yang
berkaitan dengan 3 wujud kebudayaan tersebut yang dapat dilihat adalah antara
lain adalah produk kesenian dan sastra, tradisi, gaya hidup, sistem nilai, dan
sistem kepercayaan. Keragaman budaya dalam konteks studi ini lebih banyak
diartikan sebagai produk atau hasil kebudayaan yang ada pada kini. Dalam
konteks masyarakat yang multikultur, keberadaan keragaman kebudayaan adalah
suatu yang harus dijaga dan dihormati keberadaannya. Keragaman budaya adalah
memotong perbedaan budaya dari kelompok-kelompok masyarakat yang hidup di
Indonesia. Jika kita merujuk kepada konvensi UNESCO 2005 (Convention on The
Protection and Promotion of The Diversity of Cultural Expressions) tentang
keragaman budaya atau “cultural diversity”, cultural diversity diartikan sebagai
kekayaan budaya yang dilihat sebagai cara yang ada dalam kebudayaan kelompok
atau masyarakat untuk mengungkapkan ekspresinya. Hal ini tidak hanya berkaitan
dalam keragaman budaya yang menjadi kebudayaan latar belakangnya, namun juga
variasi cara dalam penciptaan artistik, produksi, disseminasi, distribusi dan
penghayatannya, apapun makna dan teknologi yang digunakannya. Atau diistilahkan
oleh Unesco dalam dokumen konvensi UNESCO 2005 sebagai “Ekpresi budaya”
(cultural expression). Isi dari keragaman budaya tersebut akan mengacu kepada
makna simbolik, dimensi artistik, dan nilai-nilai budaya yang
melatarbelakanginya.
Dalam
konteks ini pengetahuan budaya akan berisi tentang simbol-simbol pengetahuan
yang digunakan oleh masyarakat pemiliknya untuk memahami dan
menginterprestasikan lingkungannya. Pengetahuan budaya biasanya akan berwujud
nilai-nilai budaya suku bangsa dan nilai budaya bangsa Indonesia, dimana
didalamnya berisi kearifan-kearifan lokal kebudayaan lokal dan suku bangsa
setempat. Kearifan lokal tersebut berupa nilai-nilai budaya lokal yang
tercerminkan dalam tradisi upacara-upacara tradisional dan karya seni kelompok
suku bangsa dan masyarakat adat yang ada di nusantara. Sedangkan tingkah laku
budaya berkaitan dengan tingkah laku atau tindakan-tindakan yang bersumber dari
nilai-nilai budaya yang ada. Bentuk tingkah laku budaya tersebut bisa dirupakan
dalam bentuk tingkah laku sehari-hari, pola interaksi, kegiatan subsisten
masyarakat, dan sebagainya. Atau bisa kita sebut sebagai aktivitas budaya. Dalam
artefak budaya, kearifan lokal bangsa Indonesia diwujudkan dalam karya-karya
seni rupa atau benda budaya (cagar budaya). Jika kita melihat penjelasan diatas
maka sebenarnya kekayaan Indonesia mempunyai bentuk yang beragam. Tidak hanya
beragam dari bentuknya namun juga menyangkut asalnya. Keragaman budaya adalah
sesungguhnya kekayaan budaya bangsa Indonesia.
E.
Keanekaragaman Budaya di Indonesia
Istilah budaya berasal dari
kata Sansekerta, yaitu buddayah atau buddhi yang
berarti akal budi. Kebudayaan berarti segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal
budi manusia. Ada tiga bentuk kebudayaan, yaitu kebudayaan dalam bentuk
gagasan, kebiasaan, dan benda-benda budaya.
·
Kebudayaan yang berupa gagasan, antara lain
ilmu pengetahuan, adat istiadat, dan peraturan.
·
Kebudayaan yang berupa kebiasaan, antara lain
cara mencari makan (mata pencarian), tata cara pergaulan, tata cara perkawinan,
kesenian, dan bermacam-bermacam upacara tradisi.
·
Kebudayaan yang berupa benda adalah semua
benda yang diciptakan oleh manusia, seperti alat-alat keperluan sehari-hari,
rumah, perhiasan, pusaka (senjata), kendaraan, dan lain-lain.
Manusia menciptakan
kebudayaan untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhannya. Selain itu,
kebudayaan juga diciptakan untuk mengolah alam agar bermanfaat untuk kehidupan
manusia. Karena kondisi lingkungan alam berbeda-beda, maka terjadilah
keanekaragaman kebudayaan.
1. Mengenal
keragaman budaya di Indonesia
Lingkungan
tempat tinggal mempengaruhi bentuk rumah tiap suku bangsa. Rumah adat di Jawa
dan di Bali biasanya dibangun langsung di atas tanah. Sementara rumah-rumah adat di
luar Jawa dan Bali dibangun di atas tiang atau disebut rumah panggung. Alasan
orang membuat rumah panggungantara lain untuk meghindari banjir dan menghindari
binatang buas. Kolong rumah biasanya dimanfaatkan untuk memelihara ternak dan
menyimpan barang. Keanekaragaman budaya dapat dilihat dari bermacam-macam
bentuk rumah adat. Berikut ini beberapa contoh rumah adat.
·
Rumah Bolon (Sumatera Utara).
·
Rumah Gadang (Minangkabau, Sumatera Barat).
·
Rumah Joglo (Jawa Tengah, Yogyakarta, dan
Jawa Timur).
·
Rumah Lamin (Kalimantan Timur).
·
Rumah Bentang (Kalimantan Tengah).
·
Rumah Tongkonan (Sulawesi Selatan).
·
Rumah Honai (Rumah suku Dani di
Papua)..
Setiap suku bangsa
mempunyai upacara adat dalam peristiwa-peristiwa penting kehidupan. Misalnya
upacara-upacara kelahiran, penerimaan menjadi anggota suku, perkawinan,
kematian, dan lain-lain. Nama dan bentuk upacara menandai peristiwa kehidupan
itu berbeda-beda dalam masing-masing suku. Beberapa contoh upacara adat yang
dilakukan suku-suku di Indonesia antara lain sebagai berikut.
·
Mitoni, tedhak siti, ruwatan, kenduri,
grebegan (Suku Jawa).
·
Seren taun (Sunda).
·
Kasodo (Tengger).
·
Nelubulanin, ngaben (Bali).
·
Rambu solok (Toraja).
Keberagaman kebudayaan di
Indonesia juga tampak dalam kesenian daerah. Ada bermacam-macam bentuk kesenian
daerah.
Contoh lagu-lagu daerah
sebagai berikut.
·
Nangroe Aceh Darussalam Piso Surit
·
Sumatera Utara Lisoi, Sinanggar Tullo, Sing
Sing So, Butet
·
Sumatera Barat Kambanglah Bungo, Ayam Den
Lapeh, Mak Inang, Kampuang Nan Jauh di Mato
·
Riau Soleram
·
Sumatera Selatan Dek Sangke, Tari Tanggai,
Gendis Sriwijaya
·
Jakarta Jali-jali, Kicir-kicir, Surilang
·
Jawa Barat Bubuy Bulan, Cing Cangkeling,
Manuk Dadali, Sapu Nyere Pegat Simpai
·
Jawa Tengah Gundul-gundul Pacul, Gambang
Suling, Suwe Ora Jamu, Pitik Tukung, Ilir-ilir,
·
Jawa Timur Rek Ayo Rek, Turi-turi Putih
·
Madura Karaban Sape, Tanduk Majeng
·
Kalimantan Barat Cik Cik Periok
·
Kalimantan Tengah Naluya, Kalayar, Tumpi Wayu
·
Kalimantan Selatan Ampar Ampar Pisang, Paris
Barantai
·
Sulawesi Utara Si Patokaan, O Ina Ni Keke,
Esa Mokan
·
Sulawesi Selatan Anging Mamiri, Ma Rencong,
Pakarena
·
Sulawesi Tengah Tondok Kadadingku
·
Bali Dewa Ayu, Meyong-meyong, Macepetcepetan,
Janger, Cening Putri Ayu.
·
NTT Desaku, Moree, Pai Mura Rame, Tutu Koda,
Heleleu Ala De Teang,
·
Maluku Kole-Kole, Ole Sioh, Sarinande, Waktu
Hujan Sore-sore, Ayo Mama, Huhatee
·
Papua Apuse, Yamko Rambe Yamko
Tari-tarian
Tradisional Indonesia
·
Nangroe Aceh Darussalam Tari Seudati, Saman,
Bukat
·
Sumatera Utara Tari Serampang, Baluse,
Manduda
·
Sumatera Barat Tari Piring, Payung, Tabuik
·
Riau Tari Joget Lambak, Tandak
·
Sumatera Selatan Tari Kipas, Tanggai, Tajak
·
Lampung Tari Melinting, Bedana
·
Bengkulu Tari Adum, Bidadari
·
Jambi Tari Rangkung, Sekapur Sirih
·
Jakarta Tari Yapong, Serondeng, Topeng
·
Jawa Barat Tari Jaipong, Merak, Patilaras
·
Jawa Tengah-Yogyakarta Tari Bambangan Cakil,
Enggot-enggot, Bedaya, Beksan,
·
Jawa Timur Tari Reog Ponorogo, Remong
·
Bali Tari Legong, Arje, Kecak
·
Nusa Tenggara Barat Tari Batunganga, Sampari
·
Nusa Tenggara Timur Tari Meminang, Perang
·
Kalimantan Barat Tari Tandak Sambas, Zapin
Tembung
·
Kalimantan Timur Tari Hudog, Belian
·
Kalimantan Tengah Tari Balean Dadas, Tambun
·
Kalimantan Selatan Tari Baksa Kembang
·
Sulawesi Selatan Tari Kipa, Gaurambuloh
·
Sulawesi Tenggara Tari Balumba, Malulo
·
Sulawesi Tengah Tari Lumense, Parmote
·
Sulawesi Utara Tari Maengket
·
Maluku Tari Nabar Ilaa, Perang
·
Papua Tari Perang, Sanggi
Seni
Pertunjukan yang Ada di Indonesia
·
Banten Debus
·
DKI Jakarta Ondel-ondel, Lenong
·
Jawa Barat Wayang Golek, Rudat, Banjet,
Tarling, Degung
·
Jawa Tengah Wayang Kulit, Kuda Lumping,
Wayang Orang, Ketoprak, Srandul, Opak Alang, Sintren
·
Jawa Timur Ludruk, Reog, Wayang Kulit
·
Bali Wayang Kulit, Janger
·
Riau Makyong
·
Kalimantan Mamanda
Selain hasil kesenian yang
sudah disebutkan di atas, suku-suku bangsa di Indonesia juga mempunyai hasil
karya seni dalam bentuk benda. Karya seni yang dihasilkan oleh seniman-seniman
dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia, antara lain seni lukis, seni
pahat, seni ukir, patung, batik, anyaman, dan lain-lain. Benda-benda karya seni
yang terkenal, antara lain ukiran Bali dan Jepara, Patung Asmat dan
patung-patung Bali, anyaman dari suku-suku Dayak di Kalimantan, dan lain-lain.
Hasil kerajinan seni ini menjadi barang-barang cindera mata yang sangat
digemari turis mancanegara.
F.
MENGHORMATI BUDAYA
DI INDONESIA
Keanekaragaman
budaya merupakan kekayaan bangsa kita. Kebudayaan- kebudayaan daerah merupakan
modal utama untuk mengembangkan kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional adalah
puncak-puncak kebudayaan daerah yang ada di wilayah Indonesia. Kebudayaan
daerah yang dapat menjadi kebudayaan nasional harus memenuhi syarat-syarat,
seperti:
·
menunjukkan ciri atau identitas bangsa
·
berkualitas tinggi sehingga dapat diterima
oleh seluruh bangsa Indonesia; dan
·
pantas dan tepat diangkat sebagai
budaya nasional.
Kebudayaan nasional harus
memiliki unsur-unsur budaya yang mendapat pengakuan dari semua bangsa kita,
sehingga menjadi milik bangsa. Kebudayaan nasional dilaksanakan pada saat
kegiatan tingkat nasional, seperti perayaan peringatan kemerdekaan 17 Agustus,
peringatan hari-hari nasional, dan kegiatan kantor pemerintah atau swasta.
Sebagai warga negara Indonesia kita seharusnya bangga dengan adanya
keanekaragaman kebudayaan. Bermacam-macam bentuk kebudayaan itu merupakan
warisan yang tak ternilai harganya. Kita harus menghormati keanekaragaman
budaya. Kita juga harus melestarikan dan mengembangkan berbagai bentuk warisan
budaya yang ada sekarang ini
Bagaimana cara menghormati keanekaragaman
budaya yang ada di Indonesia? Sikap menghormati keanekaragaman budaya dapat
kita tunjukkan dengan sikap-sikap berikut ini.
·
Menghormati kelompok lain yang menjalankan
kebiasaan dan adat istiadatnya.
·
Tidak menghina hasil kebudayaan suku bangsa
lain.
·
Mau menonton seni pertunjukan tradisional.
·
Mau belajar dan mengembangkan berbagai jenis
seni tradisional seperti seni tari, seni musik, dan seni pertunjukan.
·
Bangga dengan hasil kebudayaan dalam negeri.
DAFTAR PUSTAKA